Header Ads

Breaking News
recent

Merti Dusun Nglambur Samigaluh


Merti Dusun merupakan proses upacara adat yang mencerminkan sebuah wujud pelestarian budaya. Merti Dusun sering disebut juga dengan bersih Desa, hakikatnya sama dengan makna simbol rasa syukur masyarakat kepada sang Pencipta atas apa yang telah diberikan. Karunia tersebut dapat berupa rejeki yang melimpah, keselamatan, ketentraman, serta keselarasan hidup di dunia. Kegiatan semacam ini masih sangat lazim ditemukan di Pedesaan maupun Pedusunan bagian dari ritus dan situs yang ada di Desa. Masyarakat Jawa percaya ketika sedang dilanda duka dan musibah mendalam pun masih banyak hal yang pantas disyukuri. Ada banyak cara untuk mengungkapkan rasa syukur kepada sang Pencipta seperti dalam tradisi Merti Dusun Nglambur.

Dusun Nglambur merupakan salah satu Dusun di dataran tinggi perbukitan menoreh, dusun yang langsung berbatasan langsung dengan puncak suroloyo. Mempunyai panorama alam yang indah dan asri, masyarakat Nglambur juga mempunyai tradisi bersih dusun yang sampai saat ini terus lestari. Pelbagai acara dusun dimulai dengan bentuk rasa syukur salah satunya adalah Kirab gunungan panguripan oleh warga masyarakat Nglambur yang merujuk dan menyerupai bentuk sedekah (Shodaqoh) seperti upacara Grebeg. Merti Dusun yang diadakan di Nglambur, Sidoharjo, Samigaluh ini bertepatan dengan bulan Suro dalam adat istiadat setempat sebagai awal tahun Jawa juga dianggap sebagai bulan yang sakral atau suci, bulan yang tepat untuk melakukan renungan, tafakur, dan introspeksi untuk mendekatkan dengan Yang Maha Kuasa.
Acara yang dilaksanakan selama lima hari tersebut, sebelum prosesi merti dusun dimulai meliputi ziarah ke makam leluhur kemudian mengambil tujuh mata air yang ada di Dusun Nglambur sebagai wujud agar Dusun tetap lestari. Acara yang begitu meriah dimulai sabtu malam (1/10/16), dengan penampilan acara hadroh, dan pentas ketoprak dengan judul “Ken warsi Dan hilangnya tombak kiai pleret dari mataram,” dilanjutkan minggu (2/10/16), Kirab gunungan hasil bumi, Kirab ini diikuti dari berbagai kalangan mulai dari anak-anak hingga orang tua. Ada berbagai macam bentuk kreasi, salah satunya gunungan hasil bumi. Peserta yang berpartisipasi berasal dari perangkat Desa, Warga Masyarakat dan diiringi Drumband. Kemudian Pentas wayang kulit semalam suntuk minggu malam dengan dalang Ki Anom Sucondro, dengan judul “wahyu mahkotaraja.” Intinya ialah turunya sebuah wahyu atau kebaikan itu karena ada tirakat malam, prihatin, tidak melanggar aturan yang berlaku, ini berlaku kepada semua makhluk Tuhan yang ada di muka bumi ini.
Kepala Desa Sidoharjo Bapak Umari mengatakan “Acara ini sudah menjadi tradisi yang ada di Nglambur. Semoga merthi dusun dilaksanakan secara terus menerus (lestari) sebagai bentuk syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan cara merawat dan menjaga apa saja yang ada dilingkungan pedukuhan. Selain itu, semangat gotong royong harus di tumbuhkan dan dilesatrikan”ungkapnya. Selanjutnya kegiatan merthi Dusun Nglambur ditutup pengajian oleh kiai gus ali khoisor dari Watu Congol, Magelang Jawa Tengah. Sebelumnya ada pemberian santunan anak yatim bekerja sama dengan Koramil Samigaluh yang diwakili oleh babinsa Desa Sidoharjo Serma H. Suhadi.

Merti Dusun bagian dari perujudan rasa syukur, upacara merti desa acapkali juga terkait dengan ritual penghormatan kepada leluhur (nenek moyang), sehingga menghadirkan berbagai ritual simbolik terkait dengan tokoh dan riwayat yang diyakini menjadi cikal bakal keberadaannya sebagai pejuang dan babat alas Desa. Semuanya dilakukan dengan tetap memanjatkan doa dan permohonan kepada Yang Maha Kuasa demi keselamatan, ketentraman, kesejahteraan dan keselarasan hidup seluruh warga desa. Silaturahmi, kekeluargaan, guyub, rukun, gotong royong, kebersamaan, keakraban, tepa selira, dan harmonis adalah sebagian dari sederetan kosakata yang begitu tepat dan saling menjalin makna saat menggambarkan bagaimana suasana yang terpancar dari berlangsungnya tradisi merti Dusun Nglambur yang ada di Desa Sidoharjo Samigaluh. Hendaknya sangat perlu bagi kita sebagai generasi penerus bangsa yang sekarang sudah mulai mapan, untuk tetap melangsungkan adat dan istiadat nenek moyang kita, dengan prespektif tetap menyembah dan meminta kepada-Nya. Karena jika kita tidak mulai menahan, memperkuat kebuadayaan kita sendiri, maka lambat laun tidak ada lagi upacara adat yang bernama Merti Dusun. Kelak hanya akan menjadi bagian dari cerita/nama saja.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.